John Simon Ritchie-Beverrly
lahir di London pada 10 Mei 1957 ibunya adalah anne, tapi Sid kecil
lahir tanpa didahului stastus perkawinan sah dari kedua ortunya.Sang
ibu, yang punya nama gadis Anne Randall, tertarik dengan seorang lelaki
yang bernama John Ritchie sewaktu masih tinggal di London sebelah
Tenggara. Pertemuannya ditandai dengan masuknya Anne ke dalam Angkatan
Udara Kerajaan Inggris. Mereka tinggal bersama di kawasan Lee Green. Dan
dari hubungan itulah Sid lahir.
Gb.Sid vicious
Sayangnya,
begitu lahir, John yang harusnya bertanggung jawab malah pergi
meninggalkan Anne. Jadi, Sid yang dulu masih dipanggil Simon cuma punya
Anne sebagai orang tua yang membesarkanya. Ketika Sid berumur tiga
tahun, dia dibawa jalan-jalan sama ibunya ke Ibiza, Spanyol.Ceritanya,
Anne pengen keluar dari masalah yang dialaminya di London. Eh, bukannya
seneng, Anne malah tambah dililit utang. Akhirnya dia terpaksa pulang
dan hidup bersama ibunya. Buat hidup, dia bekerja di sebuah pub jazz.
Sekolah
Sid juga udah mulai masuk SD di Soho Primary
School. Tapi toh akhirnya Sid harus berpindah-pindah sekolah gara-gara
terus-terusan jadi korban ejekan teman sekolahnya. Nggak heran kalo Sid
lebih memilih jadi penyendiri.
Sebenernya setelah itu Sid dan ibunya Anne hampir aja bernasib mujur gara-gara Anne diajak kawin sama Chris Beverley,
seorang pria mapan asal Oxford yang juga berniat mengadopsi Sid . Eh,
begitu Simon mau diadopsi, Chris ini meninggal karena sakit. Anne yang
udah ganti nama jadi Anne Beverly pun sendirian lagi. Tapi kali ini
kehidupan mereka lebih mapan karena Chris berasal dari keluarga kaya.
Simon pun masuk di sekolah swasta yang mahal.
Drop Out
Tapi bersekolah di sekolah orang kaya
ternyata malah membentuk jiwa Simon (Sid) jadi pembangkang. Mungkin dia
udah muak sama peraturan sekolah itu yang kelewat ketat. Contohnya aja,
dia cuek biang ke senior-seniornya kalo dia udah nggak percaya lagi sama
yang namanya Tuhan.
Udah gitu, di umur 14 tahun dia mulai suka
melakukan hal-hal aneh di kamarnya. dia suka banget pake baju perempuan
sambil ngaca. “Tapi gue cuma ngelakuinnya sekitar dua bulan. Gak tau
kenapa, gue suka eksperimen dengan seks. Gue nggak tertarik dengan
straight sex waktu itu,” kata Simon.
Anne kebingungan menghadapi perubahan sikap
Simon. Bayangin aja, keluar masuk sampai lima sekolah dan selalu bayar
mahal untuk pendaftarannya. Tau diri, Akhirnya Simon memutuskan untuk
men-DO-kan diri dan mulai bekerja serabutan. Pekerjaan pertamanya adalah
sebagai buruh di sebuah pabrik. Tapi nggak lama, Simon pun pengen
sekolah lagi. Dia akhirnya nekat ngambil sekolah fotografi di Hackney
College of Futher Education.
Disinilah dia bertemu dengan John Lydon yang
jadi sohib kentalnya bertahun-tahun. Bersamanya, dia terobsesi dengan
musik glam rock yang dulu diusung Marc Bolan dan David Bowie.
Saking gilanya dengan David Bowie, kamar
Simon juga dipenuhi poster Bowie. Karena seneng sama keluarga kecil
Simon, John akhirnya memutuskan untuk tinggal di kamar Simon. Mereka
berdua sering ngelakuin hal gila kayak bereksperimen dengan dandanan.
Simon asik ngecat kukunya dengan pernis yang mengkilat dan jalan-jalan
pake sendal. Trus si John sibuk bikin rambutnya jadi kriwil-kriwil jadi
gede banget.
Ganti Nama
Karena kelakuan Simon makin gila, Anne dan
Simon melakukan “gencatan senjata”. Hasilnya, mereka berdua sepakat
untuk berpisah sementara. Simon gantian tinggal sama John di belakang
stasiun kereta api. Lewat John pulalah Simon berganti nama menjadi Sid
Vicious. Konon, nama Sid diambil dari nama tikus piaraan John. Sementara
Vicious dikasih gara-gara tikus itu pernah menggigit tangan bokap John.
Jadilah Sid Vicious.
Pertemanan mereka berdua emang unik karena
saling mengisi. John menularkan sifat humorisnya kepada Sid yang
penyendiri. Sementara John jadi ketularan cool dan sedikit punya dark
side. Tapi mereka berdua punya kesamaan. Dan apalagi kalo bukan narkoba.
Mereka berdua pernah nenggak speed dalam suatu pesta. Eh, begitu
digerebek polisi, Sid dan John malah nyerang tuh police sampe gigi
depannya copot.
Untuk melanjutkan hidup, mereka berdua kerja
serabutan lagi. Dari kerja direstoran, toko sepatu sampe ngamen di
stasiun kereta bawah tanah pun mereka lakoni. Ada yang Lucu soal ngamen
di stasiun kereta. Ceritanya Sid udah siap dengan gitar, sementara John
udah siap dengan biolanya. Tapi ada satu masalah. Mereka sama sekali
nggak bisa memainkannya. Man, yang ada mereka cuma joget-joget sambil
megang instrumen itu sambil nyanyiin sebuah lagu dari Alice Cooper
berulang-ulang.
Kalo cara-cara diatas masih kurang juga, Sid
nggak takut ngelanggar hukum juga. Dia nekat jadi bandar narkoba
walaupun dalam jumlah yang sedikit. Gilanya lagi, Sid kadang juga nekat
nyari duit di bar gay. Dia kadang rela ditanggap kalo lagi mabok dan
dapet duit darisana.
Di saat itu Sid dan John juga punya geng
yang suka nongkrong di suatu toko clothing di kawasan King’s Road. Toko
yang punya nama Sex ini nantinya akan jadi titik awal masuknya Sid ke
Sex Pistols. Geng Sid isinya empat orang yang menamakan dirinya Four
John. Four John disini adalah karena anggotanya semua bernama John .
Seperti yang sudah disebut, Sid punya nama John Simon, terus ada John
Lydon, John Wardle dan John Gray.
Pemilik Sex, Malcolm McLaren dan Vivienne
Westwood udah ngerti banget kalo keempat orang ini gila semua. Mereka
benci yang namanya kemewahan dan glamoran kalangan jet set Inggris.
Terus kadang mereka suka iseng ngebakar tangan mereka dengan rokok dan
hal-hal menyakitkan lainnya.
Sex Pistols
Hidup bengal dan rusuh buat Sex Pistols
Agustus 1975, Malcolm McLaren, pemilik toko
“Sex” berniat untuk merombak tokonya. Dia udah punya konsep terbaru
untuk bikin tokonya laku jadi tempat tongkrongan. Selain menjual
berbagai macam asesoris punk, dia juga menjual fetish gear dan berbagai
macam barang-barang dari kulit asli.
Bersamaan dengan itu, Malcolm juga ingin
tokonya jadi pusat tongkrongan anak-anak punk yang lagi menjamur di
London. Dia berharap bisa melesatkan tren punk ini lewat “bengkel
kebudayaannya”. Caranya, ya dia juga jadi pemandu bakat yang nyari
band-band punk yang mau diorbitkan.
Kebetulan, dia juga udah punya
orang-orangnya. Di sana, udah ada gitaris Steve Jones, bassis Glen
Matlock dan drummer Paul Cook yang sedang kerja part-time di Sex.
Kebetulan mereka udah direken sebagai pemusik dadakan yang punya masa
depan oleh Malcolm. Sekarang tinggal nyari frontman.
Jhony Rotten
Nah, kebetulan (lagi) John Lydon yang masih
sering nongkrong di Sex bisa menarik perhatian Malcolm. Atittude yang
gila dan urakan bikin cowok yang pernah jadi manajer New York Dolls ini
kesengsem.
Nggak begitu lama, John Lydon pun diaudisi.
Lagunya… tetep Alice Cooper! Man, tapi suara John yang rada fals malah
bikin cowok pirang ini diterima masuk band. Biar makin nge-punk, Malcolm
mengganti nama John Lydon menjadi Johnny Rotten. (padahal dia baru aja
ngeganti nama sahabatnya jadi Sid Vicious!). So, berdirilah Sex Pistols
dengan empat formasi: Johnny Rotten, Paul Cook, Glen Matlock, dan Steve
Jones.
Penampilan mereka yang pertama adalah di St.
Martin School of Art di West End pada 6 November 1975. Mereka dianggap
membawa musik baru yang “berbahaya” karena jelas-jelas nggak enak
didenger (apalagi suara vokalisnya) dan liar. Well, itulah yang dibawa
Sex Pistols di awal-awal kemunculannya. Istilah punk pun mulai dikenal
orang banyak. Steve Jones malah membuat pernyataan yang sampe sekarang
dikenal orang sebagai imej Sex Pistols. Dia bilang, “We’re not into
music, we’re into chaos!” Jadi punk itu emang 90 persen attitude,
selebihnya musik.
Sampai tahun 1976, demam Sex Pistols melanda
Inggris. Semua orang membicarakan band gila ini. Salah satu dari fans
itu terselip Sid Vicious. Dia malah sempet ngiri gara-gara sahabatnya
jadi vokalis band yang pertama dia liat penampilannya di Sex pada
December 1975 itu. Lucunya, hubungan Sid dan Johnny yang dekat nggak
ketauan personel Pistols lainnya.
Sid pun berusaha pengen kenal dengan anggota
band lainnya. Kayak pengen diakuin, Sid selalu ingin membantu Pistols
yang kadang beraksi nggak wajar. Bayangin, nih band nggak mau tampil
berdasarkan jadwal. Pengennya langsung tampil dadakan, dan kalo bisa di
tempat yang nggak lazim. Tentu aja yang marah adalah pihak keamanan.
Kalo udah gini, Johnny dkk sering mengancam akan berbuat rusuh. Nah,
kalo udah ada komando rusuh dari Johnny, Sid pasti turun tangan bantuin
Pistols.
Band Rusuh
Atittude punknya makin lama makin menjadi. Parahnya, Sid juga mengonsumsi narkoba jenis speed
yang kadang disuntikkannya. Kalo udah gini, dia sering banget terlibat
perkelahian di bar dan di pertunjukan band. Rasa cintanya sama band punk
juga makin timbul gara-gara mendengar album pertama The Ramones. Malah,
bassisnya, Dee Dee Ramones, dijadikannya sebagai hero.
Sayangnya, kelakuan Sid makin menjurus ke
arah brutal. Setiap Pistols manggung, pasti ada keributan. Dan dalangnya
pasti Sid Vicious. Dia pernah menghajar orang yang dudukin tempat
Vivienne Westwood (temannya, desainer yang juga merancang pakaian di
Sex) tanpa bilang-bilang. Entah cari perhatian atau nggak, tapi Sid
lantas makin jadi icon buat Pistols. Apalagi dalam press release Pistols
ada pernyataan “We Hate Everything”. Pers makin yakin kalo Pistols
adalah band rusuh.
Kelakuan Sid selalu dalam rangka membela
temannya di Pistols. Dia malah pernah ribut sama sebuah band heavy metal
gara-gara mereka nggak mau minjemin alat ke Pistols. Alhasil, Sid
digebukin. Baginya nggak apa-apa digebukin asalkan ngebela temen. Sid
pun mulai dapet perhatian dari anggota Pistols lainnya.
Juni 1976, Pistols udah menguasai Inggris.
Pistols udah jadi icon di punk scene London. Bersama mereka Sid juga
menjadi perhatian di scene itu. Mereka selalu memakai pakaian dari Sex.
Well, mungkin inilah suatu bentuk promosi endorsing. Ternyata sponsor
pakaian udah terpikirkan oleh industri punk pada masa itu.
Sid juga sempet membentuk kelompok pecinta
Sex Pistols bersama Billy Idol dengan nama Bromley Contingent. Nggak
cuma itu, dia juga sempet membentuk band dengan nama Siouxie and The
Banshees. Selain itu dia juga sempet membentuk band iseng bernama The
Flower of Romance. Dibilang band iseng karena dibentuk di studio, nggak
pernah bikin rekaman, dan malah nggak pernah manggung. Dasar!
Tapi trademark rusuh makin lekat pada
Pistols. Salah satu peristiwa dahsyat itu terjadi di 100 Club Punk
Festival. Pada saat Pistols manggung, Sid melempar gelas ke arah
panggung. Tapi gelas itu malah membentur pilar ruangan. Pecahannya
mengenai mata seorang pengunjung cewek. Belakangan diketahui kalo cewek
itu jadi buta lantaran insiden itu. Alhasil, Sid ditahan polisi. Pistols
didenda. Pers menjuluki Sid sebagai anggota ke-5 Pistols.
Ujung-ujungnya 100 Club nggak boleh ngadain gig lagi. Apes!
Lagi dirundung masalah, ternyata ada kabar
bagus. Malcolm, sang manjer berhasil nembusin Pistols ke label EMI
dengan advance sebesar 40 ribu pound. Man, angka itu gede banget untuk
ukuran band yang belum dikenal. Tapi karena udah nggak boleh manggung,
EMI jadi ngerasa malu punya band bengal.
Tapi lagi-lagi Sid datang menolong. Pistols
pun diselundupin di setiap festival punk. Band The Flower of Romance
jadi cover-na. Begitu The Flower dipanggil, yang muncul malah Pistols.
CaDas!!!! Seru abis.
Di balik serunya kerusuhan Pistols, ternyata
band ini punya masalah intern. Siapa yang ngira kalo ternyata sang
bassis Glen Matlock nggak disuka ma personel lainnya. Alasannya karena
dia terlalu kalem dan berasal dari kelas menengah. Terus? Ya, ternyata
kondisi itu dianggap kurang radikal oleh personel lain.
Mereka pun berpikir untuk menendang Glen Matlock keluar. Dan… enter Sid!
Akhir Hidup Rocknrollstar
Film
“Sex Pistols bubar gara-gara Sid Vicious.
Sid Vicious yang terlalu dekat dengan pacarnya Nancy Spungen .Kami udah
muak ngeliat tingkah violence-nya. Gara-gara dia juga, konser kami di
Winterland berantakan,” begitu kata Steve Jones kepada tabloid musik
Inggris NME.
Udah gitu praktis Steve dan Paul Cook cabut
nggak mau ketemu Sid lagi. Sementara Johnny Rotten langsung hilang tanpa
kabar. Malcolm sebagai manajer pun udah ngerasa kalo band yang
dikelolanya udah nggak mungkin bisa diterusin.
Tapi bukan manajer kalo nggak bisa mencari
peluang. Di antara kericuhan Pistols, Malcolm pun akhirnya tetap
memutuskan untuk memanajeri Sid. Soalnya ada seorang sutradara yang
tertarik mau membuat film dokumenter dan musikal berjudul Rock n Roll
Swindle. Film ini sebenernya cuma film dokumenter musik yang dibalut
sama perjalanan karir Sex Pistols. Serunya, syuting film ini dilakukan
di Paris. Dan lucunya, cuma Sid yang jadi pusat perhatian. Sementara
personel Pistols yang lain ogah berangkat ke Paris, Johnny Rotten cuma
kebagian diwawancara terpisah. Sementara Steve dan Paul nggak pernah
muncul.
Februari 1978, Sid berangkat bareng Nancy ke
Perancis untuk syuting. Di Paris mereka hidup mewah di hotel mahal.
Maklum, mereka kan dibayarin sama label. Malah, sebelum menginjakkan
kaki di Paris, Sid sempet OD pas pesawatnya transit di New York. Das!
Yang ada dia langsung dibawa ke RS Jamaica untuk di-detox.
Balik ke syuting film, Sid emang nggak suka
sama film. Makanya, part adegannya nggak sukses terus alias jelek. “Gue
nggak suka akting. Abis jadi orang yang bukan diri kita sendiri. It’s
all bullshit!” kata Sid.
Seluruh kru film sempet bingung ngebujuk Sid
untuk berakting. Akhirnya cuma Nancy doang yang bisa membujuknya untuk
mulai akting. Syaratnya, Sid dibolehkan ngerombak lagu ciptaan Paul Anka
yang berjudul ‘My Way’ (yang dipopulerkan oleh Frank Sinatra). Ada
bagian lirik lagu My Way yang diacak-acak menjadi I ducked the blows / I
shot it up / and killed a cat. Gila!
Waktu adegan My Way ini digambarkan Sid
sebagai solois yang bergaya rapi. Terus di akhir lagu, dia nembakin
penonton dengan pistol. Wah, untung cuma syuting!
Bikin Band
Sid dan Nancy
Lagi asik bikin film, mereka balik ke
London. Tiba-tiba Sid ketemu sama temen lamanya, Glen Matlock. Masih
inget, kan? itu lho bassis Pistols sebelum Sid masuk. Walaupun media
menulis soal “persaingan” mereka, tapi sebenernya antara Sid dan Glenn
masih terjaga pertemanan-nya.
Setelah nongkrong di bar bareng, mereka
sepakat ngebentuk band. Band yang akhirnya diberi nama The Vicious White
Kids ini juga mengajak Rat Scabies dari The Damned dan Steve New. Sid
pun naik pangkat jadi vokalis (soalnya udah pasti Glenn yang mengisi posisi bassis).
gb. Sid & nancy
Pertunjukan
pertama band dadakan ini berlangsung sesaat setelah mereka menggelar
audisi. Di situ Nancy ikutan jadi backing vokal. Konser yang diadakan di
Electric Ballroom London ini lumayan dapet tanggepan asik dari
penonton. Sementara itu, walaupun Pistols udah bubar, Virgin tetep
ngeluarin singel Pistols yang belum keluar. Malah lagu ‘My Way’ juga
dilepasnya sebagai singel.
Tapi rupanya Inggris sudah alergi sama
Pistols. Semua singel rilisan Virgin yang berhubungan sama Pistols
dilarang diputar di radio-radio. Ya udah, gara-gara merasa dimusuhi
Inggris, Sid dan Nancy akhirnya mencoba memutuskan untuk tinggal di New
York. Tapi keputusan ini malah membawa mimpi buruk bagi mereka
bedua.Nancy pun berhasil ngomporin Sid dengan hidup slenge’an ala rock
star di kota yang punya julukan The Big Apple itu. Begitu sampe di New
York, mereka langsung check-in di Chelsea Hotel, di West 23rd Street.
Hotel ini udah terkenal banget sebagai surga narkoba bagi para artis
yang singgah di New York.
Sid dan Nancy udah bagai zombie berjalan.
Duit 15 ribu pound yang diberi dari Malcolm habis dalam beberapa hari
hanya untuk membeli heroin dan morphine. Nancy udah mengalami gangguan
ginjal, sementara kelakuan sadomasochis Sid semakin parah gara-gara
drugs. Waktu itu dia belum genap 21 tahun.
Lagi asik-asiknya teler, Sid dan Nancy masih
nekat ngeladenin wawancara untuk film punk documentary Dead On Arrival.
Di wawancara itu, cuma Nancy yang sanggup menjawab semua pertanyaaan.
Sementara itu Sid udah fly berat dan sesekali mencoba menyundut muka
Nancy dengan rokok. Mereka juga sempet datengin scene punk di kota New
York. Dan Sid seperti biasa jadi tamu istimewa yang didaulat nyanyi di
panggung. Cowok yang doyan pake kalung bermata gembok ini menyanyikan My
Way dengan menggantikan total liriknya menjadi I killed the cat.
Alasannya, karena dia lupa liriknya.
Nancy Tewas
Kelar
acara itu, tepatnya dari awal Oktober 1978, mereka berdua langung
mengisolasi diri di kamar hotel. Dan suatu pagi di tanggal 12 Oktober
1978, kamar nomer 100 tempat mereka berdua menginap ramai didatengin
polisi New York. Di dalamnya Sid sedang diinterogasi.
“Kenapa kamu lakukan itu, Kid?
“Ngelakuin apa?”
“Kenapa kamu membunuhnya?”
“Gue nggak membunuhnya.”
Gb. nancy tewas saat di bawa ke ambulans
Sid
duduk termenung dengan borgol di tangan. Sementara di bathtub kamar
mandi terbaring jasad Nancy Spungen bersimbah darah. Perutnya ditusuk
pisau. Banyak teori yang muncul seputar kenapa dan sama siapa Nancy
terbunuh. Cuma karena hanya Sid yang selalu bersama Nancy seharian dan
pisau yang ditemukan adalah milik Sid, tentunya semua orang langsung
menuduh Sid sebagai pembunuh.Sid dilaporkan turun ke lobby dan berteriak
minta bantuan ambulans kepada front office. Tapi bukannya ambulans
justru polisi yang dikirim. Johnny Rotten udah males berkomentar waktu
dimintai keterangannya. “Kenapa juga gue harus punya perasaan terhadap
ini semua,” kata Johnny waktu itu.
Sid langsung di bawa ke penjara Rikers
Island. Selama empat hari dia ditahan di penjara yang terkenal brutal
banget itu. Pengadilan kasus Sid digelar tanggal 13 Oktober 1978. Dia
menghadapi tuduhan pembunuhan kelas dua. Dengan hukuman minimum 7 sampai
25 tahun, Sid baru boleh bebas dengan membayar uang jaminan 25 ribu
pound. Dan untungnya Virgin Records setia membantunya. Pada 21 November
1978 Sid bebas dengan uang jaminan.
Kalo ada orang yang bener-bener setia menemani Sid selain manajernya di saat-saat genting, pasti lah sang ibu, Anne Beverley,
yang udah bela-belain tinggal di New York. Manajer dan ibunya ini
melakukan apa aja biar kasus pembunuhan Nancy makin jelas. Anne pun
nggak segan-segan menandatangani kontrak dengan New York Post untuk
kerjasama peliputan. Sementara Malcolm dilaporkan telah menyewa detektif
swasta untuk menyelidiki kematian Nancy Spungen. Di London, kaos
bertuliskan Sid Is Innocent udah laku dicari orang.
Namun semua terlambat. Sid udah kehilangan
Nancy. Jiwanya jadi terguncang. Malah, di suatu bar, dia nekat mengancam
bunuh diri dengan menyiletkan bohlam pecah ke pergelangannya.
Pernah juga Sid mencoba bunuh diri dengan
loncat dari jendela hotel gara-gara sakaw. Untungnya Anne dan Malcolm
cepat mencegahnya dan langsung melarikan Sid ke rumah sakit terdekat.
Saking udah kehilangan Nancy dan sakaw, Sid
akhirnya ngelakuin kerusuhan lagi di sebuah bar bernama Hurrah’s di New
York. Di situ dia terlibat perkelahian dengan seorang cowok gara-gara
Sid menggoda pacarnya. Malangnya cowok itu terluka sampe membutuhkan
lima jahitan. Nggak heran Sid harus menjalani 55 hari di penjara pada
tanggal 9 December 1978 sampai dia bebas dengan uang jaminan (lagi) pada
1 Februari 1979.
Hampir dua bulan di penjara ternyata nggak
bikin dia sober. Walau dia udah bisa dibilang bersih, tapi keinginan
untuk nyuntik tetep besar. So, pas dia keluar penjara, hari itu juga ia
menyuntik lengannya dua kali dengan heroin. Wajar aja, karena bukannya
dibawa ke tempat yang aman sambil nunggu pengadilan, dia malah dibawa ke
pesta temen-temennya. Untuk pertama kalinya Sid nyuntik lagi di tengah
malam pas pesta lagi kenceng-kencengnya. Karena udah nggak terbiasa, dia
terbangun pukul 3 pagi dan nyuntik untuk kedua kalinya….dan terakhir
kali.
Setelah itu, Sid OD pada tanggal 2 Februari
1979. Ia meninggal disaksikan ibu dan teman-temannya. Waktu itu ia baru
menginjak usia 21 tahun.
Tujuh tahun kemudian, sutradara Alex Cox
membuat perjalanan kisah cinta Sid dan Nancy ke dalam sebuah film. Film
yang berjudul Sid And Nancy: Loves Kills ini dibintangi Gary Oldman
sebagai Sid dan Chloe Webb sebagai Nancy. Di film itu juga diceritakan
gimana peristiwa terbunuhnya Nancy (walaupun tetep tidak ditampilkan
siapa pembunuh sebenernya).
Well, hidup rock n roll star ini emang
sebaiknya berhenti. Seperti yang udah diramalkan Sid pada Januari 1978.
“Gue akan mati sebelum umur 25 tahun. Dan kalo bener, gue mau hidup
sesuka gue.”
0 Comment:
Posting Komentar